Minggu, 19 Juni 2016

Penyebab dan tanda gejala usus buntu

Penyebab dan tanda gejala usus buntu, Usus buntu atau di kenal dalam istilah kedokterannya sebagai apendiks, sering dianggap sebagai organ yang tak berguna. Namun Bill Parker dari Duke University menyanggah pandangan tersebut karena ternyata usus buntu membantu mengembalikan populasi bakteri yang menguntungkan bagi manusia. Sejumlah bukti menguatkan peran usus buntu sebagai tempat di mana bakteri baik hidup aman dan tidak terganggu hingga mereka dibutuhkan oleh tubuh. Inilah mengapa usus buntu disebut 'rumah aman' bagi bakteri baik. James Grendell dari Winthrop University-Hospital di Long Island menemukan ternyata usus buntu berperan menyelamatkan hidup manusia dari infeksi. Usus buntu ternyata memiliki peran terhadap kekebalan tubuh.

Usus buntu berbentuk seperti umbai cacing yang terdapat di usus besar, tepatnya di perbatasan dengan usus halus. Seperti organ tubuh yang lainnya, usus buntu dapat mengalami peradangan, dalam istilah kedokteran di kenal dengan appendicitis. Apabila peradangan usus buntu berlanjut tanpa pengobatan, maka usus buntu dapat pecah. Apabila kondisi ini terjadi termasuk keadaan darurat medis yang serius dan dapat membahayakan si penderitanya. Penyakit radang usus buntu dapat diderita oleh semua orang dari berbagai usia, namun sering terjadi pada usia 10-30 tahun. Perempuan lebih besar kemungkinannya menderita appendicitis dibandingkan laki-laki.

Setiap tahun sekitar 700 ribu pasien masuk ke unit gawat darurat akibat radang usus buntu. 30 % merupakan perforated appendix (radang usus buntu yang pecah) dan sekitar 5 % berpotensi tidak tertolong.

Penyebab dan tanda gejala usus buntu


Penyebab radang usus buntu


Radang usus buntu umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri yang di cetuskan oleh beberapa faktor pencetus, diantaranya adalah :

  1. Faktor obstruksi (penyumbatan) yang dapat disebabkan oleh pembesaran jaringan limfoid, timbunan feses/tinja yang keras (fecalith), benda asing dalam tubuh serta sumbatan karena cacing dan parasit

  2. Faktor bakteri, biasanya E.coli, Pseudomonas, B splanchicus dll

  3. Faktor genetik seperti organ usus buntu yang terlalu panjang

  4. Faktor ras dan diet, seperti kebiasaan makan cabai bersama bijinya atau jambu biji sering kali tidak tercerna dalam tinja dan menyelinap ke dalam saluran usus buntu sebagai benda asing


Tanda dan gejala usus buntu


Gejala dan tanda peradangan usus buntu bervariasi tergantung stadiumnya.

1, Appendicitis akut (mendadak).


Pada stadium ini gejala yang ditimbulkan panas tinggi, mual,muntah, nafsu makan menurun, nyeri sekitar pusar yang kemudian terlokalisir di perut kanan bawah, nyeri akan bertambah bila buat berjalan. Namun tidak semua orang akan menunjukkan gejala seperti ini, bisa juga hanya meriang atau mual dan muntah saja.

2. Appendicitis kronik.


Pada stadium ini gejala usus buntu timbul sedikit mirip dengan sakit maag yaitu terjadi rasa nyeri samar di daerah sekitar pusar dan perut terasa kembung. Kemudian nyeri itu akan berpindah ke bagian perut sebelah kanan bawah dengan tanda tanda khas seperti pada appendicitis akut. Kadang-kadang disertai demam yang hilang timbul dan sering merasakan mual bahkan muntah.

Penyebaran rasa nyeri akan bergantung dengan arah posisi atau letak usus buntu. Apabila ujung usus buntu menyentuh saluran kencing ureter, nyerinya terasa sama dengan nyeri kolik saluran kemih dan ada gangguan berkemih. Bila posisi usus buntunya ke belakang, rasa nyeri muncul saat pemeriksaan colok dubur atau vagina. Pada posisi usus buntu yang lain, rasa nyeri mungkin tidak begitu spesifik.

Pada anak gejala yang timbul seringkali tidak khas seperti nyeri menyeluruh pada bagian seluruh perut, diare, mual serta muntah, sehingga dokter mengalami kesulitan dalam menegakkan diagnosis appendicitis pada anak.

Penanganan radang usus buntu


Pada kondisi dini apabila sudah dapat langsung terdiagnosa kemungkinan pemberian obat antibiotika dapat dilakukan, namun demikian tingkat kekambuhannya mencapai 35%.

Bila diagnosis sudah pasti, maka penatalaksanaan standar untuk penyakit radang usus buntu adalah operasi (appendectomy), mengingat adanya kemungkinan dapat pecahnya apendiks. Pada appendicitis akut perlu segera dilakukan operasi, sedangkan pada appendicitis kronis waktu operasi masih dapat di tunda tergantung pada kondisi pasiennya.

Pembedahan dapat dilakukan secara konvensional atau laparoskopi. Berikut keuntungan dan kerugian pada kedua tindakan tersebut. Pada operasi konvensional luka sayatan lebih panjang kurang lebih sekitar 3,5 cm, rata-rata lama perawatan kurang lebih 6 hari, memerlukan antibiotik dan obat pengurang rasa sakit yang lebih banyak. Sedangkan pada operasi laparaskopi luka sayatan lebih kecil yaitu sekitar 0,5 cm 2 buah dan 1,2 pada daerah pusar, luka operasi lebih cepat sembuh sehingga lama perawatan menjadi lebih singkat. Namun operasi laparaskopi memang lebih mahal karena alat-alatnya ada yang hanya sekali pakai.

Pada hampir 15 % pembedahan usus buntu, usus buntunya ditemukan normal. Namun penundaan pembedahan sampai diketahui penyebab nyeri perutnya dapat berakibat fatal. Usus buntu yang terinfeksi dapat pecah dalam waktu kurang dari 24 jam setelah gejalanya timbul.

Komplikasi radang usus buntu


Usus buntu yang pecah dapat menyebabkan :

  1. Masuknya kuman usus ke dalam perut (peritonitis) yang dapat berakibat fatal

  2. Terbentuknya abses

  3. Pada wanita, indung telur dan salurannya bisa terinfeksi dan menimbulkan penyumbatan yang dapat menyebabkan kemandulan

  4. Masuknya kuman ke dalam pembuluh darah (septikemia) dapat berakibat yang fatal


Pencegahan radang usus buntu



  • Hindari sembelit

  • Hindari makan cabai dai jambu klutuk bersama bijinya

  • Makan makanan yang banyak mengandung serat seperti sayuran dan buah-buahan


Saran kesehatan


Bila mengalami tanda dan gejala usus buntu segera minta pertolongan dokter. Penderita sebaiknya berbaring setengah duduk dan usahakan untuk tetap tenang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar